Zona Aman & Nyaman, Tidak Ada!


Dimaklumi bersama bahwa zona aman dan nyaman itu hanya milik para karyawan atau pekerja. Sedangkan zona tidak aman dan nyaman itu milik para pebisnis. Keduanya dianggap memiliki kemandirian finansial dengan nilainya masing-masing. Namun apakah demikian?
Sebenarnya zona aman dan nyaman itu hanya adalah benak seseorang alias mindset seseorang. Zona aman dan nyaman itu tidak pernah berhubungan dengan status atau tindakan seseorang. Tak tepat anggapan-anggapan yang dilontarkan dan diterima oleh kebanyakan masyarakat saat ini. Zona aman dan nyaman sebenarnya tidak melulu dimonopoli oleh pegawai atau karyawan. Hal ini wajar sebab karyawan dan pegawai dianggap mau menerima gajian perbulan dalam jumlah yang sama tanpa berpayah-payah memikirkan penambahan pendapatan.
Sedangkan pengusaha atau pebisnis dipahami oleh semua orang berada pada zona tidak aman dan nyaman. Mereka harus memikirkan bagaimana mendapatkan uang setiap bulannya untuk memajukan perusahaannya. Para pengusaha ini harus memutar otak bagaimana caranya agar uang dapat terus datang padanya.
Namun apakah demikian? Seorang pegawai atau karyawan selalu dianggap menyandang zona aman dan nyaman. Sedangkan seorang pengusaha atau pebisnis berada dalam zona sebaliknya.
Seperti disebutkan pada bagian awal bahwa zona aman dan nyaman itu adalah sekedar mindset yang ada di dalam benak seseorang. Zona aman dan nyaman bukanlah monopoli karyawan saja. Begitu juga zona tidak aman dan nyaman bukan dikangkangi oleh para pengusaha atau pebisnis saja. Melainkan keduanya bisa saling bertukar zona.
Bisakah?
Ambillah contoh pengusaha yang dikatakan dalam golongan zona tidak aman dan nyaman. Namun kala seorang pengusaha merasa sudah merasa cukup dengan –katakanlah, Rp.30 juta sebulan. Apakah pengusaha tersebut berada dalam zona tidak aman dan nyaman? Ternyata tidak, bukan? Pengusaha tersebut berada dalam zona aman dan nyaman.
Atau ambillah contoh seorang pegawai yang disebut-sebut berada dalam zona aman dan nyaman. Bila dalam sebulan dia bisa mendapatkan gaji –sebutlah, Rp.10 juta sebulan, namun dia masih merasa kurang. Kemudian si pegawai mengambil lembur pekerjaan atau membuat pekerjaan sampingan. Dengan demikian si pegawai ternyata berada dalam zona tidak aman dan nyaman.
Jadi dimanakah sebenarnya zona-zona itu? Zona tersebut lebih terletak di dalam benak kita, bukan dalam predikat yang kita sandang. Sadarilah pengkotak-kotakan itu lebih kepada bentuk mindset yang ada di dalam kepala.

0 komentar

Tambahkan Komentar Anda